Powered by Blogger.

Kisah Anak yang Suka Berteriak

Kisah si Jerit dan Raksasa Kuning

Alkisah, tersebutlah seorang anak perempuan bernama Kinasih
Ayu, tapi orang lebih mengenalnya dengan julukan si 'jerit'.
Mereka menamakan begitu karena ia suka sekali menjerit-jerit,
berteriak disepanjang waktu.
Si Jerit hanya tinggal berdua saja dengan ibunya di rumah.
Ayahnya telah lama meninggal saat Jerit masih kecil. Mereka
tinggal di sebuah desa bernama desa Bumiyasa yang terletak kaki
gunung Ancala.

Desa Bumiyasa adalah desa yang tenteram dan makmur. Walau
demikian, setiap 10 tahun sekali desa itu dilewati oleh seorang
Raksasa bernama Raksasa Kuning. Raksasa Kuning keluar dari
rumahnya di gunung Ancala setiap 10 tahun sekali untuk mencari
makan. Ia akan mengambil apa saja yang terlihat olehnya di
sekitar gunung tempat tinggalnya.

Terakhir kali Raksasa Kuning turun gunung adalah sehari sebelum si Jerit dilahirkan. Karena itu si
Jerit tak tahu menahu akan keberadaan sang Raksasa.
Hingga suatu hari, Ibunda si Jerit berangkat ke pasar dan meninggalkan si Jerit sendirian di rumah.
Sebelum berangkat, ia pun berpesan pada anak semata wayangnya itu,
“Jerit.., Ibu berangkat ke pasar dulu ya nak!, tolong jangan berteriak-teriak dulu hingga ibu pulang,
ibu khawatir Raksasa Kuning akan turun hari ini melewati desa kita.”

Jerit yang tengah asyik berteriak dan menjerit-jerit seperti biasa, tak mendengar apa yang
dipesankan ibunya. Sejak ibu nya berangkat ke pasar, si Jerit terus saja bermain dan berteriak-teriak
di dalam rumah.
Sampai akhirnya terjadi sesuatu yang aneh di sekitar dirinya. Tiba-tiba tubuhnya bergoyang karena
lantai rumahnya berguncang-guncang..
Oh tidak! Ini adalah hari dimana Raksasa Kuning keluar dari rumahnya dan turun ke desa-desa di
sekitar gunung. Tapi Jerit tak menyadari hal tersebut.
Semua masyarakat desa Bumiyasa lari kocar-kacir masuk ke dalam rumah dan sembunyi, mereka
sadar sudah 10 tahun Raksasa Kuning tidak terlihat di desa mereka. Dan ini adalah hari dimana ia
keluar rumah mencari mangsa. Raksasa Kuning biasanya hanya mengambil apa yang terlihat
bergerak dan terdengar olehnya. Biasanya ia memangsa hewan ternak bahkan manusia yang berada
di luar rumah, karena ia adalah pemakan daging. Karenanya semua masyarakat desa sembunyi dan
tak bersuara.

Malangnya si Jerit, walaupun berada di dalam rumah ia malah melanjutkan permainannya dengan
berjoget mengikuti guncangan yang ditimbulkan dari gerakan kaki Raksasa Kuning yang
menghenta tanah. “Bum..Bum..Bum..”
Semakin kuat si Jerit bernyanyi dan berteriak, menari, melompat mengikuti guncangan itu. Tak
sadar, bahwa Raksasa Kuning sudah mendekati rumahnya.
Raksasa Kuning tak melihat apapun yang mencurigakan di luar rumah, karena seluruh jalanan di
desa Bumiyasa telah sepi dari keberadaan manusia. Tapi ia mendengar suara yang bising dari dalam
rumah si Jerit. Maka ia berhenti sejenak dan memperhatikan dimana suara bising itu berasal.

“Braakkk..!! suara sangat keras mengagetkan si Jerit dan ia merasa lehernya kesakitan serasa
dicengkram sesuatu.
“Aaaakkkkhh... aaa...eegghh.., si Jerit mengerang kesakitan. Rupanya tangan Raksasa Kuning
menjebol atap rumah si Jerit, lalu mencekik lehernya dan menariknya ke atas keluar dari rumah!
“Grrrrooooaaaahhh....!! Raksasa Kuning pun menggeram keras merasa puas telah mendapatkan satu
mangsa untuk dimakan.
Si Jerit berusaha keras untuk berteriak meminta tolong, tapi tak satupun suara keluar dari mulutnya.
Selain lehernya tercekik, rupanya si Jerit sudah kehabisan suara karena berteriak seharian.
Duh..malangnya si Jerit, ia kini menjadi sasaran mangsa sang Raksasa Kuning. Si Jerit pun
kelihatan sudah takut sekali dan terlihat lemas.

“Buugg....Plaakk....!” Tiba-tiba tomat, cabai, bawang, melayang dan mengenai muka sang raksasa
Kuning. Menyusul juga daun selederi, brokoli, tomat, kacang panjang, kentang, mengarah langsung
ke muka sang raksasa..
“Aaaarrrrggghhh...rooooaaaaarr!” rupanya raksasa Kuning merasa kesakitan saat dilempari sayursayuran
dari seseorang. Siapakah orang yang melempar sayur-sayuran itu?

Yaaaa..., itu adalah ibu dari si Jerit! Rupanya ia datang tepat pada waktunya. Sepulang dari pasar ia
melihat anaknya berada dalam bahaya. Spontan saja ia melempar semua belanjaan sayuran yang ia
bawa dari pasar. Tak disangka itu adalah senjata yang ampuh untuk melawan raksasa Kuning.
Melihat kejadian itu, berbondong-bondong seluruh masyarakat desa membantu sang ibu dengan
melempar raksasa kuning dengan sayur mayur yang mereka miliki. Mereka kini mengetahui
kelemahan sang raksasa yang takut terhadap sayuran.

Tak tahan mukanya menjadi sasaran lempar para masyarakat desa, raksasa Kuning pun menutup
mukanya dengan kedua tangannya dan serta merta lari meninggalkan si Jerit yang telah lepas dari
genggaman. Raksasa Kuning pun lari ketakutan meninggalkan desa Bumiyasa.
Sorak-sorai masyarakat desa Bumiyasa berbaur dengan kegembiraan dan kebahagiaan si Jerit yang
selamat dan bertemu ibunya kembali. Jerit menyesal tak mendengarkan pesan ibunya, dan sadar
perilakunya yang suka berteriak-teriak bisa merugikan dirinya sendiri.

Sejak saat itu, Kinasih Ayu berbicara dengan tutur kata yang lembut dan sopan. Enak sekali
didengar oleh siapapun yang mendengarnya. Orang-orang tak lagi mengenalnya dengan julukan si
Jerit yang suka berteriak, melainkan seorang gadis remaja cantik yang lembut kata-katanya. Ia
tumbuh menjadi remaja yang sehat, karena semua anak-anak di desa Bumiyasa suka sekali
menyantap sayuran yang dibuat oleh orangtua mereka. Memakan sayuran yang sehat adalah
kebiasaan utama bagi seluruh warga. Namun yang terpenting, tak ada lagi cerita raksasa yang
datang ke desa mereka.


TAMAT
author
Kak Budi Baik Budi
Perancang Grafis yang senang bercerita, bermain beberapa trik sulap dan memiliki tiga buah boneka bicara yang menemaninya melakukan aksi ventriloquist